0

Selain menggembala domba dan kambing di perbukitan Mekkah untuk menafkahi dirinya, Muhammad belia kerap diajak pamannya, Abu Thalib, bepergian bersama rombongan saudagar.
Suatu hari ketika Abu Thalib hendak melakukan ekspedisi dagang ke Syam bersama kafilah Quraisy, Muhammad yang ketika itu masih berumur 12 tahun berkata, "Pamanku, kepada siapa engkau akan menitipkanku? Mengapa tidak kau ajak aku? Sementara aku tidak memiliki pelindung selain mu."

Perkataan Muhammad itu menjadikan Abu Thalib terharu. Maka diangkatnya tubuh Muhammad dan didudukkannya si atas hewan yang ditungganginya. Keduanya pun bersama-sama menempuh perjalanan ke negeri Syam.
Pada usia 9, riwayat lain menyebut 12 tahun, Muhammad diajak pamannya pergi ke Suriah untuk berniaga.

Buhaira (Arabبحير, Buheira, Bahira) adalah seorang mantan Yahudi yang menjadi rahib Kristen Nestorian yang melihat tanda-tanda kenabian Muhammad. Ia tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (sekarang Syria).

Di Bostra, tempat yang biasa disinggahi rombongan saudagar Mekkah untuk istirahat, berdiri sebuah biara yang sejak lama dihuni pendeta-pendeta Kristen. Di dalam biara itu ada sejumlah manuskrip kekristenan yang tetap terjaga. Salah satu manuskrip itu menyebut ramalan tentang datangnya seorang nabi pada masyarakat Arab.

Ramalan itu rupanya menarik perhatian Bahira, pendeta utama di biara itu yang menguasai kandungan manuskrip itu. Bahira meyakini nabi yang dimaksud manuskrip itu datang pada masa hidupnya. Karena itu, setiap rombongan dagang dari Mekkah mendatangi tempat persinggahan itu, Bahira selalu memperhatikannya. Bila pada rombongan sebelumnya Bahira tidak melihat tanda-tanda kenabian, namun pada rombongan Muhammad dan pamannya itu Bahira melihatnya dengan jelas.

Salah satu daerah yang menerima kabar itu adalah Yastrib. Disana ada dua kabilah, Aus dan Khazraj, yang hidup berdampingan dengan pemeluk Yahudi. Sudah lama mereka mendengar para rahib meramalkan tentang munculnya seorang nabi yang ditunggu-tunggu. Tentu saja kabar munculnya agama baru di Mekkah membuat mereka penasaran.

Para pembesar Quraisy pun telah mendengar bahwa akan ada seseorang dari kalangan mereka yang akan menjadi nabi dan akan menerima wahyu dari langit. Ramalan itu mereka dengar dari para peramal, rahib Yahudi dan pendeta Nasrani. Diam-diam mereka berharap bahwa orang yang ditakdirkan menjadi nabi adalah dirinya sendiri. Dengan status kenabian tentu mereka akan memperoleh kekuasaan atas Mekkah dan sekitarnya.


Ketika Muhammad membawa dagangan Khadijah bersama Maysarah. Sesampainya di sana, ia kemudian bersandar di bawah sebatang pohon dekat gereja, kemudian seorang pendeta yang bernama Nestor (Nestorius). Kemudian pendeta itu bertanya kepada Maysarah, Siapa orang yang berteduh di bawah pohon tersebut kemudian Maysarah menjawab bahwa dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus ‘al-Haram’ (Kaabah). Lalu Nestorius pun berkata kembali bahwa tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut, kecuali dia seorang nabi.

Dalam Al Qur'an surah Ash Shaff, Allah berfirman kepada Isa bin Maryam tentang akan datangnya seorang nabi terakhir, firman tersebut berbunyi:

“  ...dan (aku) memberikan kabar gembira dengan seorang rasul yang datang sesudahku yang bernama Ahmad (Muhammad).
(Ash Shaff 61:6).

Bahira mengundang rombongan itu masuk ke dalam biara seraya menjanjikan mereka makanan. Di depan pintu, Bahira memperhatikan satu persatu anggota rombongan yang masuk biara. Namun, Bahira tidak melihat tanda-tanda kenabian pada orang yang melewatinya tadi. Bahira bertanya kepada rombongan tersebut untuk memastikan tidak ada anggota yang tertinggal. Rupanya, karena kelalaian anggota rombongan dewasa, Muhammad tidak diajak masuk biara.

Setelah melakukan perjalanan yang teramat jauh, suatu hari mereka sampai di sebuah tempat pertapaan di Bushra, antara Syam dan Hijaz. Disana mereka bertemu dengan seorang rahib bernama Buhaira. Ketika melihat Muhammad kecil selalu dipayungi oleh awan,

Bahira sendiri yang menjemput Muhammad lalu memeluknya. Bahira mengajak Muhammad bergabung dengan anggota rombongan lainnya. Tak sedetik pun mata Bahira lepas dari Muhammad. Ciri fisik yang digambarkan dalam manuskrip itu cocok dengan wajah dan tubuh Muhammad.
Buhaira segera memperhatikan dengan seksama dan menghampirinya, lalu diperiksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Ia menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu.

Usai makan bersama, Bahira menghampiri Muhammad dan menanyakan tentang kehidupan Muhammad sehari-hari. Bahira juga meminta Muhammad melepaskan jubahnya agar Bahira bisa melihat punggungnya. Di antara dua punggung Muhammad, Bahira melihat tanda-tanda kenabian seperti yang digambarkan manuskrip itu. Setelah itu Bahira menghampiri Abu Thalib dan menanyakan apa hubungannya dengan Muhammad. Abu Thalib menyebut bahwa Muhammad adalah anak saudaranya.

"Siapakah anak itu?" , tanya Buhaira, hendak menguji Abu Thalib,
:"Anakku," jawab Abu Thalib singkat.
"Tidak, tidak mungkin dia anakmu. Mestinya ayahnya sudah meninggal."
Buhaira tidak percaya jawaban Abu Thalib.
"Dia anak saudaraku," Abu Thalib meralat jawabanya.
"Bagaimana prihal ayahnya?"tanya Buhaira selanjutnya.
"Ayahnya meninggal saat ia berada dalam kandungan ibunya," jawab Abu Thalib.
"Benar, kamu benar. Pulanglah bersama keponakanmu itu. Hati - hati, jaga dia dari orang - orang Yhudi. Jika mereka tahu tanda - tanda yang ada padanya seperti yang aku tahu, mereka pasti akan melakukan hal - hal yang membahayakanya. Karena pada anak itu terdapat sesuatu yang agung"". Buhaira menasehati kepada Abu Thalib
Setelah itu Abu Thalib segera pulang ke Makah bersama Muhammad dan rombongannya.
Sekian yang dapat saya sampaikan , tentang pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan pendeta Buhaira pada saat itu, semoga bernanfaat. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

“Bawalah anak saudaramu ini kembali ke negerinya dan lindungilah dia dari kaum Yahudi. Demi Tuhan, kalau mereka melihatnya dan tahu seperti aku mengenalnya, mereka akan berbuat jahat terhadapnya! Anak saudaramu ini kelak akan menjadi orang besar,”
kata Pendeta Buhaira kepada Abu Thalib.

Pesan Buhaira terhadap Abu Thalib
Buhaira juga berpesan kepada Abu Thalib agar ia berhati-hati terhadap rencana jahat orang Yahudi. Allah telah mentakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab dan nabi itu adalah Muhammad. Sementara orang-orang Yahudi menginginkan agar status kenabian itu selamanya milik bani Israel. Itulah sebabnya mereka akan selalu berusaha untuk membunuh Muhammad jika mereka mendapat kesempatan.

Ramalan Buhaira itu kemudian terbukti benar, Muhammad memperoleh wahyu pada usia empat puluh tahun. Malaikat Jibril mendatangi dan memberitahunya bahwa Allah mengutusnya sebagai nabi yang menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada umat manusia. Muhammad kemudian menyeru manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa.
Baru-baru ini, Pemerintah Turki mengumumkan penemuan Injil kuno yang berusia 1500 tahun. Yang mencengangkan, Injil kuno tersebut ternyata memprediksi kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penerus risalah Isa (Yesus) di bumi.

Menurut mailonline,  injil yang ditulis tangan dengan tinta emas itu menggunakan bahasa Aramik. Inilah bahasa yang dipercayai digunakan Yesus sehari-hari. Dan di dalam injil ini dijelaskan ajaran asli Yesus serta prediksi kedatangan penerus kenabian setelah Yesus.

Injil kuno berusia 1.500 tahun ini bersampu kulit hewan, ditemukan polisi Turki selama operasi anti penyeludupan di tahun 2000 lalu. Alkitab kuno ini sekarang di simpan di Museum Etnografi di Ankara, Turki.

Komunitas Kristen Suriah mengklaim kepemilikan injil kuno tersebut. Komunitas itu telah mengirim surat resmi kepada Menteri Kebudayaan Turki, Ertugrul Gunay untuk mengembalikan kitab suci tersebut kepada mereka.

Kepala Budaya Komunitas Kristen Suriah, Sabo Hanna mengatakan, Alkitab bersejarah memiliki makna material yang besar bagi umat Kristiani. "Jika Turki tidak menyerahkannya, maka ia meminta Turki membuka akses bersama dengan membangun museum di distrik Midyat, Suriah," ujarnya kepada Hurriyet Daily News, Jumat (2/3).

Sebenarnya, siapakah Komunitas Kristen Suriah ini? Komunitas Kristen Suriah ini adalah penganut Kristen ortodok di wilayah Arab mulai dari Libanon, Suriah, hingga perbatasan Turki.  Penganut Kristen ini telah menggunakan bahasa Aramik sejak awal berdirinya gereja mereka.

Karena itu mereka meyakini injil yang dipamerkan di Turki adalah bagian dari sejarah mereka. "Banyak biara-biara pada awal Kristen di wilayah Suriah di tenggara Turki, telah dijarah oleh Turabidin. Karena itu kami minta agar Injil kuno itu dikembalikan," Kepala Budaya Komunitas Kristen Suriah, Sabo Hanna kepada Hurriyetdaily, Jumat (2/3).

Kelompok Kristen Suriah ini telah menyebar hingga ke Eropa, kurang lebih delapan perwakilan komunitas ini diseluruh eropa. Kelompok Kristen ini juga menyebar di Asia Kecil dengan kitab teks Yunani dan bahasa Aram. Meski begitu,  belum dilakukan penelitian secara mendalam apakah Injil ini benar memiliki keterkaitan dengan Kristen Suriah.

Injil kuno berusia 1500 tahun menjadi perhatian, setelah dipublikasikan oleh pemerintah Turki. Kontroversi injil ini pun muncul, ketika isi dari ajaran injil ini yang meyakini Yesus sebagai Nabi. Dan memprediksi akan kedatangan Nabi Muhammad SAW, setelah Yesus.

Penemuan itu juga bahkan menarik perhatian Vatikan. Pemerintah Turki telah mengkonfirmasi permintaan Paus Benediktus sebagai pemimpin tertinggi Vatikan untuk meneliti injil ini. Diyakini injil berusia 1500 tahun ini adalah manuskrip terakhir dari ajaran Barnabas tentang Keesaan Tuhan dan Kenabian Yesus.

Jalan Menjuu Biara Buhaira di Bushra, Suriah.

Post a Comment

 
Top